Sukses Islamkan Puluhan Napi, Pendakwah Di Penjara Texas AS Ini Wafat Akibat COVID-19
Akbar Nurid-Din Shabazz menghabiskan 40 tahun memberikan dukungan kepada narapidana di penjara Texas dan berperan menyebarkan islam di penjara Texas. Dia meninggal karena COVID-19.
Dilansir dari publikasi The New York Times, Sabtu (27/6/2020), sepanjang empat dekade sebagai pendakwah Muslim pertama dalam penjara Texas, Akbar Nurid-Din Shabazz bisa membantu para tahanan menanamkan harapan. Tetapi perannya sangat dirasakan para narapidana termasuk oleh Charlesetta Myers dari Dallas.
Pada tahun 1995, Charlesetta Myers dari Dallas melakukan perbuatan di luar kendali. Setelah melanggar pembebasan bersyarat, dia dikirim kembali ke penjara untuk ketiga kalinya. Dia mengambil salinan Alquran dan memutuskan untuk pergi ke layanan Muslim. Di sana, dia bertemu dengan Shabazz. Dia segera masuk Islam dan berganti nama menjadi Rashidah Muhammad.
“Tuan Shabazz punya cara untuk memotivasi seseorang,” kata Muhammad yang memuji Shabazz karena telah mengubah hidupnya.
Dua puluh tahun setelah keluar dari penjara, Muhammad kini menjadi seorang pengusaha dan menjadi tokoh yang aktif di kalangan Muslim Dallas. Setiap bulannya, dia mengunjungi penjara sebagai guru sukarela.
Shabazz meninggal pada 23 April di Rumah Sakit di The Woodlands dekat Houston. Dia meninggal di usia 70 tahun. Putrinya, Rabiah Shabazz mengatakan bahwa penyebab kematian ayahnya adalah karena COVID-19.
Menurut keterangan Departemen Kehakiman Pidana Texas sedikitnya ada delapan staf penjara dan 72 narapidana di penjara Texas yang harus menyerah dengan COVID-19 hingga 25 Juni. Dan Shabazz termasuk di dalamnya.
Shabazz, yang tinggal di Huntsville, Texas, adalah salah satu dari lebih dari 100 pendakwah dalam penjara, termasuk lima Muslim. Dia menjadi pendakwah, memimpin pelayanan doa dan bekerja di 25 penjara. Dia sering menasihati anggota staf dan juga narapidana. Dia mendapat kepercayaan untuk memperluas praktik Islam di penjara Texas, misalnya memimpin salat Jumat dan menjalankan puasa Ramadan.
Bryan Collier, direktur eksekutif departemen peradilan pidana, mengatakan Mr. Shabazz sangat dihormati di kalangan narapidana dari semua agama. “Siapa saja yang sudah lama di sini tahu siapa Chaplain Shabazz,” kata dia.
Beberapa mantan tahanan mengatakan Shabazz tetap menjadi teman dekat setelah mereka meninggalkan penjara. Shabazz bahkan membantu membimbing mantan narapidana untuk menerima gelar sarjana atau memulai bisnis.
Dia memiliki keterampilan lain di dalam penjara: “Dia tahu bagaimana cara mengurangi konflik. Dia memiliki begitu banyak kesabaran dan ketenangan,” kata putrinya, seorang manajer kesehatan mental untuk pelanggar dan mantan petugas pemasyarakatan.
Kisah Shabazz baru-baru ini diceritakan oleh The Houston Chronicle. Shabazz sendiri memang seorang mualaf.
Akbar Nurid-Din Shabazz lahir dengan nama Robert Lynn Williams di Monroe Louisiana pada 20 Maret 1950. Dia anak kedua dari sembilan bersaudara dari pasangan Robert dan Matheal Williams. Ayahnya seorang pengusaha kecil dan sopir truk. Sedangkan ibunya seorang perawat.
Keluarga besar Shabazz kemudian masuk Islam setelah pindah ke Flint, Michigan Para 1951. Pertengahan 1970-an mereka mengubah nama dengan orang tuanya menjadi Omar dan Matheal Shabazz.
Keluarga Muslim itu kemudian pindah ke Texas pada 1959. Shabazz pun dibesarkan di Dallas, kemudian dia kuliah di El Centro College sebelum menjadi staf peneliti di Universitas Texas Southwestern Medical Center.
Mr. Shabazz menikah dengan Mary Smith pada tahun 1972; mereka bercerai pada tahun 1981. Selain putrinya, dia meninggalkan seorang istri keduanya, Janice Shabazz; seorang putra, Akbar Nurid-Din Shabazz II; dan lima anak tiri, Ira Mosley, Janice O’Guin, Shirley Kamau, Vickey Shaffer dan Janiece Burns. (Mr/The New York Times)
Sumber : babe.news